RMK FENOMENOLOGI
RINGKASAN
MATERI KULIAH
FENOMENOLOGI
Pengertian Fenomenologi
Fenomenologi adalah studi tentang Phenomenon. Kata ini
berasal dari bahasa Yunani Phainein berarti menunjukkan. Fenomenologi juga
berasal dari bahasa yunani yaitu pahainomenon yang berarti “gejala” atau bisa
juga diartikan sebagai apa yang telah menampakkan dirinya sendiri. Fenomenologi
sesuai dengan namanya adalah ilmu (logos) menenai sesuatu yang tampak.dengan
demikian, setiap penelitian yang membahas tentang cara penampakan dari suatu
merupakan fenomenologi. Dalam hal ini, fenomenologi adalah sebuah pendekatan
filsafat yang berpusat pada analisis terhadap gejala yang membanjiri kesadaran
manusia fenomenologi juga berusaha untuk mengungkapkan tentang makna (esensi)
dari pengalaman seseorang. Makna yang dialami oleh seorang individu akan sangat
bergantung dengan seberapa besar individu itu terlibat sengan sesuatu itu.
fenomenologi berusaha menampilkan suatu objek, peristiwa dari persepsi seorang
individu. dalam hal ini fenomenologi berarti membiarkan
realitas/fenomena/pengalaman itu membuka dirinya. disisi lain makna (esensi)
muncul sebagaihasil dari hubungan antara
subjek dengan fenomena yang dialaminya. berikut beberapa pengertian
Fenomenologi lainnya:
1)
Fenomenologi
adalah studi tentang esensi-esensi, misalnya esensi presepsi, esensi pengalaman
dll.
2)
Fenomenologi
merupakan filsafat yang menempatkan kembali esensi-esensi kedalam
eksistensinya: bahwa manusia dan manusia tidak dapat dimengerti kecuali dengan
bertindak pada titik tolak aktivitasnya.
3)
Fenomenologi
adalah Filsafat transdental yang menggunakan sikap natural dengan maksud
memahami secara baik.
4)
Fenomenologi
adalah ikhtiar untuk secara langsung melukiskan pengalaman kita sebagamana
adanya.
Dalam pendekatan fenomenologis seperti yang
dimengerti oleh Scheler, secara skematis dapat dibedakan tiga unsur berikut
ini; “Penghayatan” (Erleben): pengalaman intuitif yang secara langsung menuju
kepada “yang diberikan”, dengan demikiankita menghadapi disini suatu sikap yang
sama sekali aktif, bertentangan dengan bentuk-bentuk penghayatan yang lain yang
bersifat pasif belaka.
Stanley Deetz, mengemukakan 3 (tiga) prinsip dasar
Fenomenologi, yakni :
1)
Pengetahuan adalah
kesadaran. Pengetahuan tidak disimpulkan dari pengalaman, namun ditemukan
secara langsung dari pengalaman sadar.
2)
Makna dari sesuatu
terdiri atas potensi sesuatu pada hidup seseorang. Dengan kata lain, bagaimana
Anda memandang suatu objek, bergantung pada makna objek itu bagi Anda.
Mislanya, Anda belajar bahasa asing, seperti bahasa Inggris. Anda belajar
dengan serius sebagai pengalaman pendidikan, karena Anda meyakini bahwa kemampuan
Bahasa Inggris akan memberikan manfaat atau efek positif bagi Anda.
3)
Bahasa adalah
‘kesadaran makna’ (vehicle meaning). Kita mendapatkan pengalaman melalui bahasa
yang digunakan untuk mendefenisikan dan menjelaskan dunia kita. Kita mengetahui
suatu objek, misalnya kuda, melalui berbagai label yang dimiikinya; hewan,
larinya kencang, kuat, gagah, cepat dan seterusnya.
Konsep dasar Fenomenologi
1.
Fenomena
Secara etimologi, istilah fenomena brasal
dari bahasa yunani yaitu “Phaenesthai” yang artinya memunculkan, meninggikan,
dan menunjukkan dirinya. objek yang muncul dalam kesadaran berbaur dengan objek
yang ada secara alamiah, sehingga makna diciptakan dan pengembangan
dikembangkan. Suatu hubungan berada anatara yang ada dalam kesadaran yang
disadari dan apa yang bearada dalam dunia.
Fenomena adalah objek yang dikaji dalam
studi fenomenologi. Fenomenologi adalah tampilan suatu objek, peristtiwa dalam
persepsi. Sesuatu yang tampil dalam kesadaran, bisa rekaan atau kenyataan.
Realitas yang tampak tanpa terselubung atau tirai antara manusia dengan
realitas itu
2.
Kesadaran
Kesadaran adalah
pemberian makna yang aktif . kita selalu mempunyai pengalaman tentang diri
sendiri, tentang kesadaran yang identik dengan diri kita sendiri. dunia sebagai
keterbautan fenomena-fenomena diantisipasi dalam kesadaran akan kesatuan kita
dan bahwa dunia ini merupakan sarana bagi kita untuk merealisasikan diri kita
sebagai kesadaran.
Intensionalitas merupakan struktur
hakiki kesadaran manusia, oleh karena itu, fenomena harus dipahami sebagai hal
yang menampakkan dirinya. dalam fenomenologi intensionaliats mengacu pada
keyakinan keyakinan bahwa semua tindakan kesadaran memiliki kulitas atau
seluruh kesadaran akan objek-objek.
Konstitusi adalah proses tampaknya
fenomena ke dalam kesadaran,ia merupakan aktivitas kesadaran, sehingga realitas
itu tampak. Konstitusi ialah proses konstruksi dalam kesadaran manusia.
5.
Epoche
Epoche merupakan konsep yang
dikembangkan oleh Husserl, yang terkait dengan upaya mengurangi dan menunda
penilaian untuk memunculkan pengetahuan diatas setiap keraguan yang mungkin. Epoche
berasal dari kata yunani, yang berarti menahan untuk menilai. dalam sikaap
alamiah sehari-hari kita memperoleh pengetahuan melalui penilaian terhadap
sesuatu. Epoche merupakan cara pandang yang lain yang baru dalam melihat sesuatu.
kita belajar menyaksikan apa yang Nampak sebelum mata kita memandang, kita menyaksikan
apa yang dapat kiat bedakan dan diskripsikan.
6.
Reduksi
Reduksi merupakan kelanjutan dari
apoche, menurut Husserl, manusia memiliki sikap alamiah yang mengandaikan bahwa
dunia ini sungguh ada sebagaimana diamati dan dijumpai, namun untuk memulai upaya
fenomenologis, kita harus menagguhkan keyakinan ini. hal inilah yang dimaksud dengan
reduksi fenomenologi ataupun Apoche itu sendiri. Reduksi ialah memilah
pengalaman untuk mendapatkan fenomena dalam wujud semurni-murninya.
kita hidup bersama orang lain. kita
berada dalam orang lain dan orang lain pun berada dalam hidup kita . dengan
demikian hal ini memungkinkan kita saling berkomunukasi untuk terus saling memahami.
pengalaman saya tentang orang lain mucul sejalan dengan pengalaman orang lain tentang
saya. dan segala sesuatu yang saya pahami pada orang lain muncul berdasarkan pengalaman
masa lalu saya.
Kata
What dan Berg (1995:417), phenomenologist,….,are not at all in the business
of tryingto explain why people do what they do; according to costructs they
manage to organize theirdaily lives, especially their communications between
each other. Jadi, peneliti dalam studi fenomenologi tidak tertarik mengkaji
aspek-aspek kausalitas dalam suatu peristiwa dalam suatu peristiwa, tetapi
berupaya menggeledah tentang bagaimana orang melakukan sesuatu pengalaman
beserta makna pengalaman itu bagi dirinya.
Fenomenologi
menjelaskan fenomena dan maknanya bagi individu dengan melakukan wawancara pada
sejumlah individu dengan melakukan wawancara pada sejumlah individu. Temuan ini
kemudian dihubungkan dengan prinsip-prinsip filosofis fenomenologi. Studi ini
diakhiri dengan esensi dari makna (Creswe, 1998:40). Fenomenologi menjelaskan
struktur kesadaran dalam pengalaman manusia. Pendekatan fenomenologi berupaya
membiarkan realitas mengungkapkan dirinya sendiri secara alami. Melalui
“pertanyaan pancingan’’, subjek penelitian dibiarkan menceritakan segala macam
dimensi pengalamannya berkaitan dengan sebuah fenomena/peristiwa. Studi
fenomenologi berasumsi bahwa setiap individu mengalami mengalami suatu fenomena
dengan segenap kesadarannya. Dengan kata lain, studi fenomenologi bertujuan
untuk menggali kesadaran terdalam para subjek mengenai pengalamannya dalam
suatu peristiwa.
Persoalan
Objektivitas. Suatu fakta yang diteliti dalam perspektif fenomenologi bersifat
subjektif, yakni berdasarkan penuturan para subjek yang mengalami fakta atau
fenomena yang bersangkutan. Bagaimana mengatasi subjektivitas si subjek yang
diteliti atau peneliti itu sendiri? Objektivitas dalam fenomenologi berarti
membiarkan fakta berbicara untuk dirinya sendiri. Hal ini bisa dilakukan
melalui epoce adalah proses dimana si peneliti menangguhkan atau menunda
penilaian terhadap fakta/fenomena yang diamatinya walaupun ia telah memiliki prakonsepsi
atau penilaian tertentu sebelumnya terhadap fenomena itu. Biarkanlah fenomena
itu berbicara apa adanya, tanpa intervensi penilaian baik buruk,
positif-negatif, bermoral-tidak bermoral, dsb. dari si peneliti. Eiditik adalah
memahami fenomena melalui pemahaman atas ungkapan-ungkapan atau
ekpresi-ekspresi yang digunakan seubjek. Dalam hal ini, peneliti juga melakukan
empati, mencoba memasuki wilayah pengalaman pemikiran subjek melalui proses
imajinatif.
Studi
fenomenologi mencari jawaban tentang makna suatu fenomena (lih. Denzin dan Lin
Coln), ada dua hal utama yang menjadi focus dalam penelitian Fenomenologi,
Yakni:
-
Textural description : Apa Yang dialami oleh subjek penelitian tentang fenomena. Apa
yang dialami adalah aspek objektif, data yang bersifat factual, hal yang
terjadi secara empiris.
-
Structurak description: Bagaimana subjek mengalami dan memaknai pengalamannya.
Deskripsi ini berisi aspek subjective. Aspek ini menyangkut pendapat,
penilaian, perasaan, harapan, serta respons subjektif lainnya dari subjek
penelitian berkaitan dengan pengalamannya itu.
Dengan demikian pertanyaan penelitian dalam
studi fenomenologi mencakup pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa
pengalaman subjek tentang suatu fenomena/peristiwa?
2. Apa
perasaannya tentang pengalaman tersebut?
3. Apa
makna yang diperoleh bago subjek tentang fenomena itu?
Teknik
pengumpulan data utama dalam studi fenomenologi adalah wawancara mendalam
dengan subjek penelitian. Kelengkapan data diperdalam dengan menggunakan teknik
lain, seperti observasi, partisipan, penelusuran dokumen, dan lain-lain.
Terdapat prosedur penting dalam melaksanakan
studi fenomenologis sebagai hasil adaptasi dari pemikiran Stevik, Colaizzi, dan
Keen sebagai berikut:
1)
Menetapkan lingkup fenomena yang
akan diteliti
2)
Menyusun daftar pertanyaan
3)
Pengumpulan data
4)
Analisis data
-
Tahap awal:
-
Tahap Horizonalization
-
Tahap Cluster of Meaning: (a) Textural
description (deskripsi tekstural) (b) Sructural descriotion
5)
Tahap deskripsi esensi
6)
Peneliti melaporkan hasil penelitiannya.
Komentar
Posting Komentar